Selandia Baru : Eksplorasi ke utara Pulau Utara.
Mandi sinar matahari di Cape Reinga.
Cape Reinga merupakan spot paling
ujung dari North Island dan tentunya juga menjadi wilayah paling utara dari negara
Selandia Baru, wilayah ini terletak pada garis lintang selatan 34°
25’7 dan bujur timur 172° 40.6’. Di wilayah batas paling utara ini di didirikan
menara mercusuar. Menara yang hanya setinggi 10 meter tetapi berdiri di atas
bukit yang keseluruhan tingginya mencapai 165 meter DPL dan lampu mercusuar
menyala setiap 12 detik serta terlihat dari jarak pandang 35 kilometer ini
memiliki peranan penting untuk memberi tanda bagi kapal yang akan memasuki
wilayah Selandia Baru melalui laut Tasman dan laut pasifik utara. Menara ini di
bangun pada tahun 1941 untuk menggantikan menara mercusuar yang ada sebelumnya
tetapi sudah tua yang di bangun pada tahun 1879 di Matuopao pulau kecil di
sebelah barat laut Cape Reinga. Sejak tahun 1987 menara mercusuar ini bekerja
secara otomatis dengan suplai dari pembangkit listrik tenaga surya dibawah
pengawasan Angkatan Laut Selandia Baru.
Cape Reinga menjadi daya tarik
utama bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara, ketika kami berkunjung di
tempat ini kami bertemu dengan rombongan pelajar dari Inggris, turis dari
Spanyol, Perancis, India dan China. Bagi penduduk asli Selandia Baru atau yang
kita kenal sebagai orang Maori, mereka menyebut tempat ini Te Rerenga Wairua
yang artinya kurang lebih sebagai pintu gerbang bagi roh orang yang mati untuk
memasuki kehidupan selanjutnya di tanah asal nenek moyang mereka (Hawaiki).
Udara di Cape Reinga sangat dingin sekali walaupun berada di pinggir laut
lepas, tidak heran semua orang yang berkunjung selalu memakai jaket tebal,
topi, sepatu untuk menghangatkan tubuh mereka termasuk saya tentunya J. Pada saat itu
matahari bersinar terang, kamipun menyempatkan merebahkan diri di salah satu spot
untuk mandi sinar matahari dan pastinya tetap dengan pakaian lengkap dan tebal
yang kami pakai, tidak seperti berwisata di Indonesia : mandi sinar matahari
artinya pakai baju seminim mungkin….hmmm saya rindu udara Bali J.
Jalan-jalan di “padang pasir” Te Paki.
Aktivitas utama yang menarik para
wisatawan adalah sand boarding atau di kenal sebagi meluncur dari atas bukit
pasir dengan menggunakkan papan seluncur yang di rancang khusus untuk meluncur
di atas pasir, tetapi sayangnya pada saat kami berkunjung tempat untuk
penyewaan papan luncur sedang tutup L
tetapi kami tetap puas dengan menjelajah wilayah ini yang seakan-akan membawa
kami pada imaginasi berada di padang gurun sahara J. Pada saat akan menuruni salah
satu bukit, saya tertantang untuk menuruni bukit dengan ketinggian kurang lebih
30 meter dan kecuraman 70° ini dengan berlari sekencang-kencangnya, hasilnya sayapun
jatuh tergulung-gulung dengan mulut penuh pasir….itu menyenangkan dan itu tidak
sakit J.
Menikmati pesona aktivitas burung laut di Rangiputa, Karikari peninsula.
Dalam perjalanan pulang kami
menyempatkan diri untuk mampir ke karikari peninsula untuk menikmati matahari
tenggelam dan melihat aktivitas burung laut yang sedang mencari makan di
pinggir pantai. Spot pantai seperti ini banyak di temukan di Bali dan saya
pikir pantai di Bali lebih bagus J
mungkin yang membedakan adalah hanyalah keberadaan burung-burung laut yang
besar dan yang tidak terlalu takut dengan kehadiran manusia di sekitarnya ini,
sayapun sangat menikmati aktifitas mereka langsung dan dari jarak dekat. Ketika
matahari perlahan-lahan tidak menampakkan sinarnya lagi dan udara menjadi
semakin dingin sedingin kulkas, kamipun beranjak untuk pulang ke rumah dengan
perasaan yang gembira J.
Ucapan syukur saya haturkan
kepada Tuhan, karena buat saya pengalaman ini adalah sebuah berkat dari-Nya.
Terimakasih Tuhan.
hahaha...betul sekali. bagaimana teman kabarmu?
ReplyDelete