Monday, August 13, 2012


Selandia Baru : Eksplorasi ke utara Pulau Utara.



  
Selandia Baru terdiri dari 2 pulau besar yaitu Pulau Utara (North Island) dan Pulau Selatan (South Island) serta satu pulau kecil yaitu  Pulau Steward (Steward Island), Kerikeri kota dimana saya tinggal saat ini berada di North Island. Hari senin 6 Agustus lalu mumpung matahari bersinar terang (hal ini jarang sekali mengingat sekarang lagi musim winter J di Selandia Baru), kami menyempatkan diri untuk bereksplorasi menuju arah utara dari wilayah North Island. Waktu yang harus di tempuh kurang lebih 3 jam perjalanan dari kota Kerikeri Untuk menjelajah wilayah utara sampai dengan batas paling ujung pulau ini, dan lagi-lagi bukan jadi pemandangan yang aneh kalau rentetan panjang lahan hijau peternakan kami lihat di kiri kanan sepanjang jalan yang kami lewati. Lalu apa saja yang kami lakukan dalam eksplorasi ini? Cekidot J :


Mandi sinar matahari di Cape Reinga.

Cape Reinga merupakan spot paling ujung dari North Island dan tentunya juga menjadi wilayah paling utara dari negara Selandia Baru, wilayah ini terletak pada garis lintang selatan 34° 25’7 dan bujur timur 172° 40.6’. Di wilayah batas paling utara ini di didirikan menara mercusuar. Menara yang hanya setinggi 10 meter tetapi berdiri di atas bukit yang keseluruhan tingginya mencapai 165 meter DPL dan lampu mercusuar menyala setiap 12 detik serta terlihat dari jarak pandang 35 kilometer ini memiliki peranan penting untuk memberi tanda bagi kapal yang akan memasuki wilayah Selandia Baru melalui laut Tasman dan laut pasifik utara. Menara ini di bangun pada tahun 1941 untuk menggantikan menara mercusuar yang ada sebelumnya tetapi sudah tua yang di bangun pada tahun 1879 di Matuopao pulau kecil di sebelah barat laut Cape Reinga. Sejak tahun 1987 menara mercusuar ini bekerja secara otomatis dengan suplai dari pembangkit listrik tenaga surya dibawah pengawasan Angkatan Laut Selandia Baru.



Cape Reinga menjadi daya tarik utama bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara, ketika kami berkunjung di tempat ini kami bertemu dengan rombongan pelajar dari Inggris, turis dari Spanyol, Perancis, India dan China. Bagi penduduk asli Selandia Baru atau yang kita kenal sebagai orang Maori, mereka menyebut tempat ini Te Rerenga Wairua yang artinya kurang lebih sebagai pintu gerbang bagi roh orang yang mati untuk memasuki kehidupan selanjutnya di tanah asal nenek moyang mereka (Hawaiki). Udara di Cape Reinga sangat dingin sekali walaupun berada di pinggir laut lepas, tidak heran semua orang yang berkunjung selalu memakai jaket tebal, topi, sepatu untuk menghangatkan tubuh mereka termasuk saya tentunya J. Pada saat itu matahari bersinar terang, kamipun menyempatkan merebahkan diri di salah satu spot untuk mandi sinar matahari dan pastinya tetap dengan pakaian lengkap dan tebal yang kami pakai, tidak seperti berwisata di Indonesia : mandi sinar matahari artinya pakai baju seminim mungkin….hmmm saya rindu udara Bali J.

                                


Jalan-jalan di “padang pasir” Te Paki.

Tidak jauh dari Cape Reinga kira-kira 45 menit perjalanan menuju barat daya di sana ada spot menarik bagi wisatawan namanya Te Paki, di sana ada bukit yang besar dan sangat luas tetapi gundul tidak ada tanaman sama sekali hanya hamparan pasir saja. Lalu apa yang menarik dari tempat ini? Saya pikir-pikir tidak ada yang menarik hahahaha. Saya tidak tau persisnya kenapa bisa ada bukit gundul luas dan berpasir yang di kelilingi bukit-bukit hijau yang penuh dengan berbagai macam tumbuhan ini, tetapi menurut orang lokal disana yang berdasarkan dongeng nenek moyang mengatakan bukit itu merupakan korban letusan gunung di bawah laut ribuan tahun yang lalu dimana pada saat itu angin berhembus membawa material pasir dari laut ke arah bukit ini..sekali lagi saya tidak tahu kebenarannya, silahkan anda mencari info yang bisa di andalkan kebenarannyaJ tentang sand dune di Te Paki Selandia Baru dari berbagai sumber.  

Aktivitas utama yang menarik para wisatawan adalah sand boarding atau di kenal sebagi meluncur dari atas bukit pasir dengan menggunakkan papan seluncur yang di rancang khusus untuk meluncur di atas pasir, tetapi sayangnya pada saat kami berkunjung tempat untuk penyewaan papan luncur sedang tutup L tetapi kami tetap puas dengan menjelajah wilayah ini yang seakan-akan membawa kami pada imaginasi berada di padang gurun sahara J. Pada saat akan menuruni salah satu bukit, saya tertantang untuk menuruni bukit dengan ketinggian kurang lebih 30 meter dan kecuraman 70° ini dengan berlari sekencang-kencangnya, hasilnya sayapun jatuh tergulung-gulung dengan mulut penuh pasir….itu menyenangkan dan itu tidak sakit J.



Menikmati pesona aktivitas burung laut di Rangiputa, Karikari peninsula.

Dalam perjalanan pulang kami menyempatkan diri untuk mampir ke karikari peninsula untuk menikmati matahari tenggelam dan melihat aktivitas burung laut yang sedang mencari makan di pinggir pantai. Spot pantai seperti ini banyak di temukan di Bali dan saya pikir pantai di Bali lebih bagus J mungkin yang membedakan adalah hanyalah keberadaan burung-burung laut yang besar dan yang tidak terlalu takut dengan kehadiran manusia di sekitarnya ini, sayapun sangat menikmati aktifitas mereka langsung dan dari jarak dekat. Ketika matahari perlahan-lahan tidak menampakkan sinarnya lagi dan udara menjadi semakin dingin sedingin kulkas, kamipun beranjak untuk pulang ke rumah dengan perasaan yang gembira J.

Ucapan syukur saya haturkan kepada Tuhan, karena buat saya pengalaman ini adalah sebuah berkat dari-Nya. Terimakasih Tuhan.




1 comment: