Perubahan dan masa transisi dalam hidup ini adalah baik adanya.
Kamis kemarin 12 Juli 2012 saya
menghadiri pertemuan rutin Organisasi dimana saya sudah bergabung didalamnya
sebagai volunteer sejak 2 minggu lalu. Seperti biasa dalam pertemuan yang di
hadiri para pemimpin, staf dan volunteer-volunteer ini ada waktu dimana salah
satu pemimpin di tugaskan untuk memberikan sebuah pengajaran dimana temanya
selalu berhubungan dengan apa yang terjadi di organisasi ini. Mengingat dalam
eksistensi daripada organisasi ini banyak sekali orang-orang yang keluar maupun
masuk, maka pemimpin ini mengambil tema tentang perubahan dan masa transisi
dalam pengajarannya. Pemimpin ini
memulai pengajarannya dengan pengalamannya selama beliau berkarya dalam
organisasi ini yang menyatakan selalu mendapati waktu yang sulit ketika terjadi
perubahan atau perpindahan dan masa transisi dari orang-orang yang terlibat di organisasi ini,
seperti : harus merubah komposisi tim, perekrutan orang baru, mengajari lagi
dari awal tetang apa yang harus di kerjakan dan kadang karena proses ini
memakan waktu maka membuat visi dan misi yang dikerjakan oleh organisasi
mengalami delay. Dari pernyataan
pemimpin tersebut banyak dari kami yang menghadiri pertemuan ini mengiyakannya,
kamipun di beri kesempatan untuk menuangkan semua unek-unek yang ada dalam
pikiran hati kita dalam melihat perubahan dan masa-masa transisi. Beragam
pendapat yang dilontarkan, ada yang merasa sedih karena kehilangan teman-teman
yang “baik” dengan mereka, ada juga yang bilang maju terus karena Tuhan selalu
bersama kita selamanya dan tak sedikit mereka bilang tidak masalah dengan
perubahan yang terjadi dan harus maju terus menjalankan visi misi baik pribadi
maupun organisasi.
Kesempatan berbicarapun diberikan
kepada saya sebagai volunteer, sayapun mengatakan dengan jujur dan tidak di
buat-buat J
“Saya menikmati setiap perubahan dan masa transisi yang terjadi dalam hidup
saya, karena saya meyakini dan menghidupi apa yang saya yakini ini bahwa apapun
itu yang terjadi pasti selalu mendatangkan kebaikkan dalam hidup saya. Mengacu
pada perkataan dari Tuhan yang saya percayai yang mengatakan Allah mengatur segala hal,
sehingga menghasilkan yang baik untuk orang-orang yang mengasihi Dia . Jadi apapun itu perubahan dan masa
transisi yang terjadi dalam hidup saya baik itu hal-hal yang enak ataupun
memberatkan, saya akan tetap memilih untuk mengasihi Tuhan dan saya percaya
akan berakhir pada suatu hal yang paling baik yang diberikan Tuhan untuk hidup
saya. Hmmmmm…berbicara tentang perubahan dan masa transisi, saya mengalami
berkali-kali dalam hidup ini. Dimulai dari sejak saya bayi, menurut cerita yang
saya dengar dari kedua orangtua kandung saya, sejak kecil saya selalu berpindah
tangan J maksudnya
karena kesibukkan daripada orangtua saya yang membuat kue dan makanan kecil
untuk menghidupi keluarga, mereka menitipkan saya kepada tetangga sekitar dan
itupun setiap hari keluarga yang merawat saya selalu berbeda…ouw poor baby J setelah menginjak usia 5 tahun, saya
mengalami perpindahan rumah yang pertama kali dalam hidup ini karena kami kena
gusur dari pemerintah yang punya program pelebaran jalan di bantaran sungai
Banjir Kanal barat Semarang. Kami sekeluargapun pindah, karena mungkin waktu
itu uang ganti dari pemerintah terlalu sedikit atau sepertinya memang kami
keluarga ekonomi rendah maka tidak mampu membeli rumah baru dan kamipun hanya
mampu kontrak tanah dan mendirikan rumah seadanya dari sisa-sisa material dari
rumah lama yang kena gusur J itu perubahan dan masa transisi sulit bagi
kami karena sebelumnya kami nyaman tinggal di rumah sendiri eh sekarang kami
harus tinggal di rumah “baru” seadanya dan yang mengerikan adalah tanah yang
keluarga kami kontrak adalah bekas rawa, maka tak heran ketika hujan deras
sedikit pasti rumah kami banjir. Satu-satunya hiburan buat kami adalah
ketika banjir datang kami mendapatkan berkah yaitu banyak belut yang
jalan-jalan di dalam rumah kami J mereka ada di kolong tempat tidur, kadang di
bawah kursi dan lucunya kami juga banyak menemukan lubang-lubang tempat belut
bersembunyi maka terjadilah mancing belut di dalam rumah J tidak ketinggalan juga kepiting-kepiting
besar menjelajah rumah kami tapi sayang jenis mereka tidak bisa kami makan L. Kami tinggal di rumah ini kurang lebih 3
tahun dan setelah itu orang tua kami berhasil membeli tanah dan mendirikan
rumah sederhana di wilayah perbukitan yang ada di kota Semarang bagian barat.
Perpindahan dan transisipun terjadi, dulunya kami tinggal di wilayah ramai
padat penduduk sekarang tinggal di tempat sepi penduduk yang di kelilingi
perkebunan rakyat yang luas ditambah sayapun harus pindah sekolah karena
sekolah lama jaraknya cukup jauh untuk anak sekecil saya yang pada waktu itu
berumur 8 tahun dan masih imut J kawan lama hilang dan harus merajut tali
pertemanan baru dengan orang-orang di sekitar rumah dan di sekolah baru.
Saya tinggal di tempat ini sampai
usia 19 th dan tepatnya setelah lulus dari SMU saya memutuskan untuk
melanjutkan belajar di salah satu tempat pelatihan di Kopeng Kabupaten Semarang dimana
mereka mencetak orang-orang untuk terjun ke masyarakat dan diharapkan mampu melakukan
sesuatu untuk community development,
jujur ini waktu yang sulit ketika saya memutuskannya karena ini pertama kalinya
saya berpisah dengan orang tua dan saudara-saudara saya. Malam pertama ketika
saya ada di asrama sayapun homesick
dan kangen berat sama orangtua dan saudara-saudara saya, sayapun menangis dan
membuat saya susah tidur….ouwww…tapi seiring berjalannya waktu perasaan itu
bisa saya take over. Jalur training yang saya ambil adalah 1 tahun
kami diperlengkapi di asrama dan 6 bulan kami di utus untuk terjun ke
masyarakat, oleh mereka saya di utus bersama ketiga teman saya untuk membantu
masyarakat suku anak dalam di pedalaman rimba pulau Sumatra yang berada di
wilayah kabupaten Jambi. Perubahan lagi J dulunya tinggal di desa yang masih banyak fasilitas dan
harus hidup di hutan belantara dimana tidak ada jaringan listrik, air bersih
dan ketiadaan fasilitas yang biasa kita temui di kehidupan wilayah yang sudah tersentuh perhatian
pemerintah. Kamipun melaluinya sesuai dengan komitmen waktu yang diberikan
walaupun saya mengalami 3 kali Malaria. Setelah di nyatakan lulus dari tempat training tersebut, saya tidak kembali
kepada keluarga saya tetapi memutuskan untuk gabung di yayasan yang menaungi
tempat training saya untuk belajar
lagi dan membantu program-program kemasyarakatan yang mereka kerjakan.
Setelah kurang lebih mengabdi
selama 3 tahun, saya memutuskan pindah dan ikut seseorang yang baik yang baru
punya rumah baru di kota Salatiga. Saya mengenal beliau di yayasan tempat saya
mengabdi sebelumnya, saya tinggal dan membantu untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang ada di rumah. Di kota ini saya punya kesempatan untuk melanjutkan
study di bangku kuliah. Saya melanjutkan kuliah di sekolah tinggi bahasa asing
jurusan sastra inggris akan tetapi singkat cerita karena saya bloon maka
sayapun dropped out di semester 2,
sayapun jadi pengangguran sukses tapi masih tinggal bersama seorang yang baik
itu. Juli 2006 saya kuliah lagi masuk di program Usaha Perjalanan Wisata Universitas
Kristen Satya Wacana, kuliah lagi..teman baru..transisi lagi J
kali ini saya niat belajar dan sayapun lulus tepat waktu. Kuliah dinyatakan
resmi lulus, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang travel agency merekrut saya sebagai staf di
bagian ticketing. Dari perusahaan
inilah cikal bakal saya bisa end up di Pulau Dewata karena saya bertemu
costumer yang setia menggunakan jasa kami yang adalah keluarga dari negeri
Paman Sam dan yang akhirnya memungut saya untuk dijadikan punggawanya untuk
membantu pekerjaan yang mereka lakukan di Bali. 5 januari 2011 saya hijrah ke
Bali dan tinggal bersama keluarga Amerika ini, pindah lagi..terjadi perubahan…ada
lagi masa transisi J
awalnya saya merasa berat! Terjadi culture
shock dimana saya seorang jawa yang halus J tidak to the
point, senyam-senyum gak jelas bertemu dengan budaya Amerika pantai timur
yang ceplas-ceplos, to the point
tanpa tendeng aling-aling dan nada bicaranya meledak-ledak…hmmmm tapi sekali
lagi semua bisa di lewati dan culture
shock itu sudah mereda.
Setelah 6 bulan tinggal bersama, mereka mengajar
saya untuk hidup mandiri dengan cara mengontrak rumah selama 1 tahun untuk saya
dimana saya yang manage semua hak dan tanggung jawab selama saya tinggal di rumah
kontrakkan tersebut…pindah lagi..transisi lagi dan mikir lagi. Setelah 1 tahun berlalu, saya
memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrakkan rumah tersebut melainkan
bergabung sebagai volunteer dalam
organisasi yang cinta akan masyarakat yang basenya terletak di daerah Jimbaran
Bali ini tepatnya 26 Juni 2012 lalu. Pindah lagi transisi lagi dan lebih ruwet
culture shocknya karena bertemu teman-teman dari belahan bumi barat utara timur
selatan seperti : Canada, Afrika Selatan, Australia, New Zealand, Brazil,
India, Amerika lagi, Korea Selatan, Jerman ditambah teman-teman dari berbagai daerah yang ada di negeri
Indonesia tercinta. Sampai sekarang saya masih ada dalam proses untuk
berintegrasi dengan teman-teman tersebut di atas. Dalam hal ini setiap perubahan, perpindahan dan masa transisi yang terjadi dalam kurun waktu 29
tahun 6 bulan 8 hari dimana masa saya ada di bumi ini dan sampai saat menulis
tulisan ini, saya percaya semuanya itu hanyalah mendatangkan kebaikan yang bertujuan
mengembangkan semua potensi yang Tuhan berikan dalam hidup saya.
Saya siap dengan segala bentuk dan masa perubahan dalam hidup ini dan terus akan memilih
untuk mengasihi Tuhan. Dengan rasa penuh syukur dan antusias saya mengucapkan Selamat datang kepada perubahan!
i cried when i read this.. :') trimakasih krna kk juga sudah membawa perubahan dalam hidupku..:)
ReplyDeleteouw..ouw.. :) terimakasih juga ama sudah mewarnai hidup saya dan memberi inspirasi yang membuat saya berani mencoba hal baru. you've done great my man!
Deletehahaha pria tangguh :D iya bro hidupku berwarna dan penuh kasih karunia :D yeaaaah....dgn berat pantat aku berkata:keep rocks bro!!!!!!!!! hahaha....
ReplyDeletesalam balik dr Bali.