Bulan lalu tepatnya tanggal 27 Agustus 2013,
saya dan teman-teman bermain ke Yayasan IDEP. Btw IDEP itu apa ya? IDEP itu
sebuah organisasi yang didirikan pada tahun 1999 berbasis di Banjar Dauh Umah,
Desa Batuan Kaler Sukawati Bali. Fokus dari organisasi ini pada program praktis
yang memberikan edukasi dan memberdayakan masyarakat setempat dalam pengembangan berkelanjutan,
termasuk pengurangan resiko bencana, pengelolaan lingkungan melalui pendekatan
permakultur dan pengembangan pendidikan. Saya dan teman-teman sangat senang
karena apa yang menjadi minat kami dan yang sedang kami kerjakan sudah IDEP
lakukan, artinya terus membangun hubungan dan belajar dari mereka akan menjadi
modal kuat bagi saya dan teman-teman untuk semakin baik kedepannya dalam
mengerjakan menghidupi minat-minat kami untuk mencintai diri sendiri, sesama
dan alam semesta.
Salah satu edukasi yang di
lakukan IDEP ke masyarakat yang mana mereka sharingkan ke kami pada hari itu
adalah IDEP mengajak petani untuk kembali menggunakan benih organik bukan benih
transgenik. Benih transgenik diproduksi oleh perusahaan industri melalui
modifikasi secara genetik (GMO) dan tidak dapat direproduksi. Penggunaan benih
transgenik membuat petani tergantung pada industri, varietas lokal hilang, kualitas
panen rendah, biaya produksi tinggi, serta membahayakan kesehatan manusia
karena membutuhkan pupuk kimia dan pestisida… wow…kami sedikit tercengang
mendengar penjelasan dari Bli Gede salah satu staff yayasan IDEP pada saat itu
karena kami pikir GMO merupakan hal yang lumrah dalam pertanian, tapi ternyata
ada toh dampak sampingnya yang merugikan.
Yayasan IDEP mengembangkan
jaringan petani lokal melalui pengadaan pelatihan permakultur. Sampai dengan
saat ini melalui kerja sama yang erat, petani dari daerah Bangli dan Gianyar
serta penghuni Lembaga Pemasyarakatan Bangli memproduksi benih dan menjualnya
kepada IDEP. Kami juga membeli bibit dari IDEP untuk kami coba menanamnya
dirumah.
IDEP tidak pelit membagikan
ilmunya pada setiap kami untuk memulai memanfaatkan lahan pekarangan rumah
untuk disulap menjadi lahan tanaman organik. Kalaupun dari kita tidak punya
pekarangan dirumah, kita bisa mengakalinya J dan memodifikasi langkah-langkah yang dibagikan
organisasi ini. Dimana ada kemauan di situ pasti ada jalan, berikut
langkah-langkahnya bagi kita yang tertarik J :
Langkah 1 : Campur tanah, kompos dan pasir dengan perbandingan 1 :
2 : 1 lalu masukkan campuran tadi ke dalam pot dan beri air agar tanah lembab,
kemudian ambil benih dan taburkan ke dalam pot.
Langkah 2 : Setelah bibit tumbuh setinggi 4 – 5 cm, kurang lebih
sekitar 2 minggu setelah disemai, bibit dipisah atau di pindahkan ke dalam pot
kecil yang terbuat dari daun kelapa yang diisi dengan tanah dan kompos, atau
pisahkan dengan memberi kepalan tanah dan kompos pada akar bibit tersebut.
Langkah 3 : Setelah bibit setinggi
8 – 10 cm, kira-kira setelah 3 minggu bibit siap di tanam di bedeng
pekarangan kita.
Langkah 4 : agar bedeng pekarangan tidak kering dan tanaman tumbuh
dengan baik, bedeng kebun harus ditutupi dengan mulsa (jerami atau rumput
kering) setebal 3 – 5 cm. Mulsa baik untuk tanaman karena nanti dia akan
menjadi pupuk untuk tanaman.
Agar tanaman tumbuh dengan baik,
lakukan penyiraman secara teratur agar tanah tetap lembab dan jangan lupa untuk
melakukan pemupukan sekali seminggu. Penyiraman dan pemupukan dapat dilakukan
pagi hari jam 9 pagi atau sore hari setelah jam 5 sore. Thanks banyak IDEP buat
waktu dan sharingnya itu sangat bermanfaat bagi kami dan tim. Blessings
Yayasan IDEP
Selaras Alam
Banjar Dauh Uma,
Desa Batuan Kaler, Sukawati, Gianyar 80582, Bali.
T/F +62 361 294 993
No comments:
Post a Comment