Monday, April 8, 2013


NYAMPAH!

organik


Saya pikir manusia itu adalah mahkluk nyampah J karena setiap kita selalu menghasilkan sampah setiap harinya JJ. Pada hakekatnya nyampah tidaklah salah karena sebagai mahkluk hidup kita perlu sesuatu untuk kita konsumsi, perlu sesuatu untuk aktualisasi diri, perlu sesuatu untuk mengembangkan diri dan bla..bla..bla..dan sesuatu itu kalau sudah tidak terpakai pada akhirnya akan menjadi sampah J, katakanlah kita orang butuh makanan, makanan sebelum bisa di konsumsi haruslah di olah dulu atau di masak dan bisa dipastikan dalam proses pengolahan ada hal-hal yang tidak terpakai lalu di singkirkan atau di buang alias jadi sampah, contoh lain seperti kita orang haus lalu beli minuman yang di kemas dalam botol, setelah minumannya habis maka botol sudah tidak terpakai lagi lalu kita lempar botol itu ke tempat yang semestinya. Intinya apapun bentuk aktivitas kita, itu semua hampir selalu menghasilkan sampah! 
siap buang

Bayangkan saja setiap hari kita nyampah dan kebenarannya adalah kita hidup di wilayah ini atau kota ini tidak seorang diri saja, masih ada teman kita, saudara kita dan orang-orang lain di sekitar kita yang juga nyampah setiap harinya…jadi bisa kebayang atau malahan gak kebayang berapa meter kubik sampah yang di hasilkan setiap harinya? Lagi-lagi nyampahnya tidak masalah tapi pengelolaan mau dikemanakan sampah itu yang jadi masalah. Pada suatu ketika sampah tidak dikelola dengan baik dan tepat, maka kerugian akan didapatkan oleh kita semua, karenanya akan menimbulkan banjir, meningkatnya pemanasan iklim secara global, dapat membuat kandungan organik dalam tanah menjadi menurun, kebersihan lingkungan makin menjadi buruk dan memberi ancaman meningkatnya berbagai penyakit, akan tetapi apabila sampah dapat dikelola dengan benar maka sampahpun akan menjadi berkah tersendiri bagi kita semua J.
khusus potongan kertas dan tissue habis pakai
Saya yakin kita semua punya cara tersendiri untuk mengelola sampah-sampah tersebut dengan benar dan tentunya saya mohon untuk terus kita lakukan dan ajarkan kepada sesama kita untuk sebuah kebaikan bersama di masa yang akan datang…ga peduli itu hal kecil nan sepele asalkan itu merupakan cara pengelolaan sampah yang benar ya keep doing itlah... Saya dan keluarga sudah melakukan sebuah pengelolaan sampah dengan benar…kelihatannya benar sih…ah yakin saja deh itu benar J. Kami sadar setiap hari kami menghasilkan sampah tetapi kami juga sadar tidaklah cukup hanya dengan membayar iuran sampah sebesar Rp. 10.000 per bulan dapat membuat kewajiban akan “pengelolaan” sampah menjadi tuntas! Yang ada hanyalah melemparkan masalah buat orang lain seperti bau busuk yang menyengat bagi petugas yang mengambil sampah tersebut dan bagi masyarakat yang dilalui oleh kendaraan-kendaraan pengangkut sampah serta yang paling kasihan adalah bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Sementara ataupun Akhir (TPS dan TPA) tidak hanya bau tak sedap yang ada dalam keseharian mereka melainkan juga kena imbas dari polusi asap hasil pembakaran sampah, lalu kena jamahan lalat-lalat penunggu tempat pembuangan dan tidak ketinggalan ancaman longsorpun kerap menghantui mereka.
pot tempat buat kompos
Berdasarkan pemikiran tersebut kamipun berusaha untuk mengurangi volume sampah yang kami tempatkan di ember sampah di depan rumah kami yang nantinya akan diambil oleh petugas kebersihan. Yang adalah istri saya yang memulai dan menginspirasikannya, dia mendapatkan ide ini dari hasil didikan keluarganya; idenya untuk mengurangi bau tak sedap pada sampah adalah mengumpulkan sampah-sampah organik di tempat tersendiri (kita tahu penyebab bau tak sedap pada sampah adalah sampah organik yang membusuk) lalu mengolahnya menjadi kompos dengan “cara” dia yang mudah dan sederhana yaitu : menaruh semua sisa sampah organik tersebut seperti sisa-sisa potongan sayur, nasi, kulit aneka bumbu dan rempah-rempah, cangkang telur serta kotoran yang tertinggal di saringan tempat cuci piring dan perkakas lainnya untuk di tempatkan pada pot tanaman besar yang terbuat dari bahan cements yang kebetulan belum terpakai di rumah kami. Hal tersebut dilakukan setiap hari dengan terus menerus selapis demi selapis sampai pot tersebut penuh, tak lupa menyiramnya dengan air dan mengaduk-mengaduk sampai sampah menjadi hitam dan hancur, lalu sampahpun berubah menjadi kompos yang siap digunakan untuk memberi kesuburan pada tanaman yang kita tanam di pot-pot yang kami letakkan di halaman atas rumah kami. Sampai dengan saat ini kompos sudah bekerja dengan baik untuk memberi “gizi” pada tanaman cabe, brokoli, kangkung, bawang merah, jahe, papaya, buncis, bunga matahari dan labu kami. Kami sudah memanen buncis dan saat ini sedang menikmati indahnya bunga matahari yang mekar merona juga penuh dengan damai sejahatera melihat bayi labu yang semakin membesar setiap harinya J. 
Cabe

Bunga kwaci :)

"Brokowi"

Labu

Kangkung

Buncis


Adapun hal lain yang kami lakukan untuk mengurangi volume sampah adalah menyimpan sampah khusus yang bisa di daur ulang seberti botol-botol kemasan minuman dan botol-botol produk lainnya untuk diberikan pada pemulung supaya mereka bisa menjualnya, dan untuk potongan kertas dan tissue kami bakar seminggu sekali dan abu dari hasil pembakaran kami pakai untuk  di campur pada tanah yang akan kami gunakan sebagai media penanaman. Jadi sampah yang kami buang kurang lebih hanyalah kantong plastik, plastik bungkus makanan ringan, mie instans dan plastik-plastik produk makanan lainnya dan sebelum di lempar ke ember sampah kami pastikan menyiramnya dengan air supaya nantinya tidak berbau, tapi kadang-kadang kami lupa membersihkannya J maaf..tapi kami akan terus belajar untuk setia membilas dengan air semua plastik yang masih ada kotorannya J. Kami juga terus berharap semoga bisa “zero waste” alias nol sampah yang keluar dari rumah kami, namun tampaknya akan berat dilakukan mengingat semua produk-produk kebutuhan kami selalu dalam kemasan yang mana kami belum tahu mau dikelola seperti apa supaya tidak menghasilkan sampah L. Mungkin bisa terjadi apabila setiap produsen dalam menjual produknya tanpa kemasan, seperti yang pernah saya lihat di toko kelontong yang dikelola oleh kakak dari istri saya di negerinya sana. Di toko tersebut, semua produk di taruh dalam toples besar seperti sereal, beras, tepung dll dan pembeli membawa kotak atau toplesnya sendiri untuk menaruh belanjaan mereka, kalaupun ada pembeli yang lupa membawanya sendiri maka dengan terpaksa toko akan memberikan plastik untuk sang pembeli mengemas belanjaannya sendiri tapi itu jarang sekali terjadi. Ya semoga kebijakkan tersebut bisa terjadi di negeri kita…sambil berharap dan terus berharap, mari kita bersama berpikir untuk mengelola sampah dengan baik  dan tepat guna menciptakan lingkungan yang baik bagi anak dan cucu-cucu kita kelak..hmmm heroic bukan? hahaha J J.
                                  

No comments:

Post a Comment