NYAMPAH!
|
organik |
Saya pikir manusia itu adalah mahkluk nyampah J karena setiap kita selalu
menghasilkan sampah setiap harinya JJ. Pada hakekatnya nyampah tidaklah
salah karena sebagai mahkluk hidup kita perlu sesuatu untuk kita konsumsi,
perlu sesuatu untuk aktualisasi diri, perlu sesuatu untuk mengembangkan diri
dan bla..bla..bla..dan sesuatu itu kalau sudah tidak terpakai pada akhirnya
akan menjadi sampah J, katakanlah kita orang butuh makanan, makanan sebelum bisa
di konsumsi haruslah di olah dulu atau di masak dan bisa dipastikan dalam
proses pengolahan ada hal-hal yang tidak terpakai lalu di singkirkan atau di
buang alias jadi sampah, contoh lain seperti kita orang haus lalu beli minuman
yang di kemas dalam botol, setelah minumannya habis maka botol sudah tidak terpakai
lagi lalu kita lempar botol itu ke tempat yang semestinya. Intinya apapun
bentuk aktivitas kita, itu semua hampir selalu menghasilkan sampah!
|
siap buang |
Bayangkan saja setiap hari kita nyampah dan kebenarannya
adalah kita hidup di wilayah ini atau kota ini tidak seorang diri saja, masih
ada teman kita, saudara kita dan orang-orang lain di sekitar kita yang juga
nyampah setiap harinya…jadi bisa kebayang atau malahan gak kebayang berapa
meter kubik sampah yang di hasilkan setiap harinya? Lagi-lagi nyampahnya tidak
masalah tapi pengelolaan mau dikemanakan sampah itu yang jadi masalah. Pada suatu ketika sampah tidak dikelola dengan baik
dan tepat, maka kerugian akan didapatkan oleh kita semua, karenanya akan
menimbulkan banjir, meningkatnya pemanasan iklim secara global, dapat membuat
kandungan organik dalam tanah menjadi menurun, kebersihan lingkungan makin
menjadi buruk dan memberi ancaman meningkatnya berbagai penyakit, akan tetapi
apabila sampah dapat dikelola dengan benar maka sampahpun akan menjadi berkah
tersendiri bagi kita semua J.
|
khusus potongan kertas dan tissue habis pakai |
Saya yakin kita semua punya cara tersendiri untuk mengelola
sampah-sampah tersebut dengan benar dan tentunya saya mohon untuk terus kita
lakukan dan ajarkan kepada sesama kita untuk sebuah kebaikan bersama di masa
yang akan datang…ga peduli itu hal kecil nan sepele asalkan itu merupakan cara
pengelolaan sampah yang benar ya keep doing itlah... Saya dan keluarga sudah
melakukan sebuah pengelolaan sampah dengan benar…kelihatannya benar sih…ah
yakin saja deh itu benar J. Kami sadar setiap hari kami menghasilkan sampah tetapi kami
juga sadar tidaklah cukup hanya dengan membayar iuran sampah sebesar Rp. 10.000
per bulan dapat membuat kewajiban akan “pengelolaan” sampah menjadi tuntas!
Yang ada hanyalah melemparkan masalah buat orang lain seperti bau busuk yang
menyengat bagi petugas yang mengambil sampah tersebut dan bagi masyarakat yang
dilalui oleh kendaraan-kendaraan pengangkut sampah serta yang paling kasihan
adalah bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Sementara
ataupun Akhir (TPS dan TPA) tidak hanya bau tak sedap yang ada dalam keseharian
mereka melainkan juga kena imbas dari polusi asap hasil pembakaran sampah, lalu
kena jamahan lalat-lalat penunggu tempat pembuangan dan tidak ketinggalan
ancaman longsorpun kerap menghantui mereka.
|
pot tempat buat kompos |
Berdasarkan
pemikiran tersebut kamipun berusaha untuk mengurangi volume sampah yang kami
tempatkan di ember sampah di depan rumah kami yang nantinya akan diambil oleh
petugas kebersihan. Yang adalah istri saya yang memulai dan
menginspirasikannya, dia mendapatkan ide ini dari hasil didikan keluarganya;
idenya untuk mengurangi bau tak sedap pada sampah adalah mengumpulkan
sampah-sampah organik di tempat tersendiri (kita tahu penyebab bau tak sedap
pada sampah adalah sampah organik yang membusuk) lalu mengolahnya menjadi
kompos dengan “cara” dia yang mudah dan sederhana yaitu : menaruh semua sisa
sampah organik tersebut seperti sisa-sisa potongan sayur, nasi, kulit aneka
bumbu dan rempah-rempah, cangkang telur serta kotoran yang tertinggal di saringan
tempat cuci piring dan perkakas lainnya untuk di tempatkan pada pot tanaman
besar yang terbuat dari bahan cements
yang kebetulan belum terpakai di rumah kami. Hal tersebut dilakukan setiap hari
dengan terus menerus selapis demi selapis sampai pot tersebut penuh, tak lupa
menyiramnya dengan air dan mengaduk-mengaduk sampai sampah menjadi hitam dan
hancur, lalu sampahpun berubah menjadi kompos yang siap digunakan untuk memberi
kesuburan pada tanaman yang kita tanam di pot-pot yang kami letakkan di halaman
atas rumah kami. Sampai dengan saat ini kompos sudah bekerja dengan baik untuk
memberi “gizi” pada tanaman cabe, brokoli, kangkung, bawang merah, jahe,
papaya, buncis, bunga matahari dan labu kami. Kami sudah memanen buncis dan
saat ini sedang menikmati indahnya bunga matahari yang mekar merona juga penuh dengan
damai sejahatera melihat bayi labu yang semakin membesar setiap harinya J.
|
Cabe |
|
Bunga kwaci :) |
|
"Brokowi" |
|
Labu |
|
Kangkung |
|
Buncis |
Adapun hal
lain yang kami lakukan untuk mengurangi volume sampah adalah menyimpan sampah
khusus yang bisa di daur ulang seberti botol-botol kemasan minuman dan
botol-botol produk lainnya untuk diberikan pada pemulung supaya mereka bisa
menjualnya, dan untuk potongan kertas dan tissue
kami bakar seminggu sekali dan abu dari hasil pembakaran kami pakai untuk di campur pada tanah yang akan kami gunakan
sebagai media penanaman. Jadi sampah yang kami buang kurang lebih hanyalah
kantong plastik, plastik bungkus makanan ringan, mie instans dan
plastik-plastik produk makanan lainnya dan sebelum di lempar ke ember sampah kami
pastikan menyiramnya dengan air supaya nantinya tidak berbau, tapi
kadang-kadang kami lupa membersihkannya J maaf..tapi kami akan terus belajar untuk
setia membilas dengan air semua plastik yang masih ada kotorannya J. Kami juga terus berharap semoga bisa “zero waste” alias nol
sampah yang keluar dari rumah kami, namun tampaknya akan berat dilakukan
mengingat semua produk-produk kebutuhan kami selalu dalam kemasan yang mana
kami belum tahu mau dikelola seperti apa supaya tidak menghasilkan sampah L. Mungkin bisa terjadi apabila setiap produsen dalam menjual
produknya tanpa kemasan, seperti yang pernah saya lihat di toko kelontong yang
dikelola oleh kakak dari istri saya di negerinya sana. Di toko tersebut, semua
produk di taruh dalam toples besar seperti sereal, beras, tepung dll dan
pembeli membawa kotak atau toplesnya sendiri untuk menaruh belanjaan mereka,
kalaupun ada pembeli yang lupa membawanya sendiri maka dengan terpaksa toko
akan memberikan plastik untuk sang pembeli mengemas belanjaannya sendiri tapi
itu jarang sekali terjadi. Ya semoga kebijakkan tersebut bisa terjadi di negeri
kita…sambil berharap dan terus berharap, mari kita bersama berpikir untuk
mengelola sampah dengan baik dan tepat
guna menciptakan lingkungan yang baik bagi anak dan cucu-cucu kita kelak..hmmm
heroic bukan? hahaha J J.